Senin, 25 Maret 2013

Cinta itu ibarat menunggu bis


Cinta itu sama seperti orang yang menunggu bis. Sebuah bis datang, dan kamu bilang,

"Wah.. terlalu penuh, sumpek, bakalan nggak bisa duduk nyaman neh !

Aku tunggu bis berikutnya aja deh."

Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata,

"Aduh bisnya kurang asik nih, nggak bagus lagi.. nggak mau ah.."

Bis selanjutnya datang, cool dan kamu berminat, tapi seakan-akan dia tidak melihatmu dan lewat begitu saja.

Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus,

tapi kamu bilang, "Nggak ada AC nih, bisa kepanasan aku". Maka kamu membiarkan bis keempat itu pergi.

Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor.

Ketika bis kelima datang, kamu sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya.

Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kamu tuju ! Dan kau baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama.

Moral dari cerita ini: sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan kamu pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia.

Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calon', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita.

Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju. Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat.. tapi kamu masih bisa berteriak 'Kiri' ! dan keluar dengan sopan.

Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu.

 Daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.

Cerita ini juga berarti, kalau kebetulan kamu menemukan bis yang kosong, kamu sukai dan bisa kamu percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kamu dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu, agar dia dapat memberi kesempatan kepadamu untuk masuk ke dalamnya. Karena menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.

Anak Lelaki dan Pohon Apel

Dahulu kala, hiduplah sebatang pohon apel besar dan seorang anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh menjadi pria dewasa dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel.

Wajahnya tampak sedih.

“Ayo ke sini bermain-main lagi denganku,” pinta pohon apel itu.
“Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi.” jawab anak itu.
“Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya.”
Pohon apel itu menyahut, “Duh, maaf aku pun tak punya uang… tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu.”

Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi.

Pohon apel itu kembali sedih.

Suatu hari, anak kecil yang sekarang berubah menjadi seorang pria dewasa itu kembali. Pohon apel sangat senang melihatnya datang.

“Ayo bermain-main denganku lagi.” kata pohon apel.
“Aku tak punya waktu,” jawab anak lelaki itu.
“Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?”
“Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu.” kata pohon apel.

Kemudian anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira.

Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.

Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu hari di musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya.

“Ayo bermain-main lagi denganku.” kata pohon apel..
“Aku sedih,” kata pria itu.
“Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?”
“Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah.”

Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.

Akhirnya, pria itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.

“Maaf anakku,” kata pohon apel itu.
“Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu.”
“Tak apa.. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu.” jawab pria itu.
“Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat.” kata pohon apel.
“Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu.” jawab pria itu lagi.
“Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini.” kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
“Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang.” kata pria itu.
“Aku hanya membutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu.”
“Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Kemari, berbaringlah dipelukkan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang.”

Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.

Ini adalah cerita tentang (pengorbanan orang tua untuk anak-anaknya) kita semua. Pohon apel itu ibaratnya seperti orang tua kita. Ketika kita masih muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Seringkah kita memikirkan mereka saat ketika semuanya berjalan menyenangkan dan indah ada dalam hidup kita?

Tak peduli apapun juga, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan segala apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.

Kita mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak kejam pada pohon apel itu, tetapi begitulah gambaran kita bagaimana cara kita memperlakukan orang tua kita. Kita sering menyepelekan dan menganggap itu semua hal yang biasa saja, kita jarang sekali menghargai kasih sayang dan perhatian yang mereka berikan kepada kita, sampai pada akhirnya semua sudah terlambat.

Minggu, 17 Maret 2013

Bab 2 Para Pelaku Ekonomi

BAB 2
•    Para Pelaku Ekonomi
dalam kegitan perekonomian terdapat 4 kelompok besar masyarakat yang di golongkan sebagai pelaku - pelaku ekonomi.
1.    Rumah tangga konsumsi
adalah bagian dari masyarakat perorangan, kelompok, orang, lemabaga - lembaga, badan - badan sebagai konsumen barang - barang atau jasa hasil produksi.
Kegiatan utama yang dilakukan adalah melakukan kegiatan konsumsi

2.    Rumah tangga produksi atau perusahaan - perusahaan
•    lapangan usaha primer. contohnya : mengelola hasil - hasil alam seperti perikanan, pertanian, pertambangan, perkebunan dll.
•    Lapangan usaha sekunder. Contoh : kegiatan yang meliputi sektor industri, perumahan.
•    Lapangan usaha tersier. contoh : usaha yang bergerak di bidang jasa seperti usaha asuransi, usaha pengangkutan, bank dan usaha perdagangan.

3.    Pemerintah atau rumah tangga negara
dalam perekonomian negarea berperan penting dalam mengatur, menstabilkan dan mengembangkan kegiatan ekonomi masyarakat dan kegiatan produksi kegiatan pemerintah ini berorientasi pada kepentingan umum yaitu jasa post, jasa pengangkutan, dan produksi barang dengan tujuan memenuhi pajak hidup orang banyak. Selain mampu untuk menyuplai barang dan jasa pemerintah juga harus memiliki kemampuan mendistribusikan barang dan jasa di tangan konsumen atau masyarakat selain itu pemerintah harus memiliki kewajiban agar barang dan jasa tersebut dapat dinikmati masyarakat dengan harga ekonomis.

4.    Luar Negeri
Perdagangan luar negeri ada dua macam. Yang pertama adalah import. Import adalah kegiatan membeli barang dan jasa dari luar negeri. Misalnya Indonesia membeli beras dari Thailand. Tujuan dari import ini adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Macam perdagangan luar negeri adalah eksport. Eksport adalah kegiatan menjual barang ke luar negeri. barang dan jasa yang di jual adalah barang dan jasa yang di produksi di dalam negeri dan suplainya sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Dengan kata lain, kegiatan negara lain sebagai pelaku ekonomi adalah sebagai berikut :
•    sebagai pemasok barang dan jasa terhadap suatu negara atau mitra dagang yang di sebut dengan import barang
•    sebagai konsumen barang dan jasa karena mengkonsumsinya yang di sebut dengan eksport barang.
Kegiatan kerja sama perdagangan luar negeri, baik eksport maupun import memberikan sumbangan dalam meningkatkan dan menambah efisiensi kegiatan ekonomi suatu negara. Beberapa keuntungannya adalah sebagai berikut :
•    Dapat meningkatkan pendapatan nasional dan komuditi suatu barang atau jasa yang melebihi kebutuhan dalam negeri.
•    Dapat mengefisiensikan penggunaan faktor-faktor produksi
•    Dapat memberikan kesempatan untuk memperoleh keahlihan dan teknologi
•    Memdapatkan barang-barang berkualitas yang baik dengan harga yang ekonomis.


Sumber : www.anneahira.com/pelaku-pelaku-ekonomi.html

Bab 1 Sistem perekonomian Indonesia

BAB 1
•    Sistem Perekonomian Indonesia
Indonesia menganut sistem ekonomi Pancasila. Ini berarti bahwa sistem perekonomian di Indonesia harus mengacu serta berdasarkan pada kelima sila dalam Pancasila. Sehingga secara normatif landasaan idiil sistem perekonomian di Indonesia adalah Pancasila dan UUD 1945. Dimana aplikasi pelaksanaan sistem ekonomi di Indonesia tidak boleh menyimpang dari sila-sila pada Pancasila serta pasal-pasal yang terkandung dalam UUD 1945.

Mulai dari sila pertama, sistem perekonomian kita haruslah sesuai dengan nilai - nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, bukan materialisme. Tidak mengenal pemerasan maupun exploitasi sehingga dalam menjalankan perekonomian Indonesia juga harus berlaku adil agar sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan sila ke-2. Berlakunya kebersamaan, asas kekeluargaan, sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi ekonomi yang semata mata dijalankan untuk membentuk persatuan bangsa yang semakin kuat, ini sesuai dengan sila ke-3. Mengutamakan kepentingan ekonomi rakyat dan hajat hidup orang banyak. Tidak mengedepankan kepentingan golongan tertentu. Hal ini sesuai dengan sila ke-4 dalam Pancasila. Yang terakhir, mengutamakan persamaan, kemakmuran rakyat, dan bukan bertujuan untuk kemakmuran perorangan sehingga sesuai dengan sila ke-5.

Jadi, sistem perekonomian di Indonesia harus berorientasi pada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan, serta Keadilan Sosial. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan sistem perekonomian di Indonesia adalah KEADILAN yang merupakan titik tolak, proses, serta sekaligus sebagai tujuan dari pelaksanaan ekonomi di Indonesia.

Sedangkan dalam UUD 1945, pasal yang memuat tentang sistem perekonomian Indonesia adalah pasal 33 beserta ayat-ayat yang terkandung di dalamnya. Pada ayat 1 dalam pasal 33 tersebut menyebutkan bahwa "perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pada ayat 3 menyebutkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung  di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan pada ayat 4 dijelaskan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan atas dasar demokrasi ekonomi, dengan prinsip-prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Jadi jelas sudah, apa yang menjadi landasan sistem perekonomian di Indonesia. Secara teori, sistem perekonomian Indonesia sudah sangat sempurna. Namun pada kenyataannya terjadi banyak penyimpangan sehingga melenceng jauh dari teori. Hal ini sangat disesalkan karena mengingat Indonesia sebenarnya negara yang sangat kaya kana hasil alam yang sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

SUMBER:
http://carapedia.com/sistem_perekonomian_indonesia_info206.html