Redenominasi adalah penyederhanaan
nilai mata uang menjadi lebih kecil tanpa
mengubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter
yang sama perlahan-lahan memiliki daya beli yang semakin melemah. Dengan kata lain, harga
produk dan jasa harus dituliskan dengan jumlah yang lebih besar. Ketika
angka-angka ini semakin membesar, mereka dapat memengaruhi transaksi harian
karena risiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh jumlah lembaran uang
yang harus dibawa, atau karena psikologi manusia yang tidak
efektif menangani perhitungan angka dalam jumlah besar. Pihak yang berwenang
dapat memperkecil masalah ini dengan redenominasi: satuan yang baru
menggantikan satuan yang lama dengan sejumlah angka tertentu dari satuan yang
lama dikonversi menjadi 1 satuan yang baru. Jika alasan redenominasi adalah
inflasi, maka rasio konversi dapat lebih besar dari 1, biasanya merupakan bilangan positif kelipatan 10, seperti 10, 100, 1.000, dan
seterusnya. Prosedur ini dapat disebut sebagai "penghilangan nol".
Keuntungan Dan Kerugian Redenominasi
Rupiah
Sejak isu
penyederhanaan nilai rupiah mulai digulirkan sekitar tahun 2010, kini masalah
tersebut semakin banyak dibicarakan dalam diskusi-diskusi nasional dan
seminar-seminar di kampus. Media massa pun kian sering mengangkat topik ini
dalam berita-berita utamanya. Ada pihak yang pro, dan ada juga yang tidak
setuju. Ya, istilah kata redenominasi semakin akrab di kalangan masyarakat
awam.
Istilah Redenominasi
Rupiah adalah pemotongan nilai mata uang rupiah menjadi lebih kecil tanpa
mengubah nilai tukarnya terhadap suatu barang. Atau dengan kata lain,
redenominasi merupakan proses penyederhanaan penyebutan satuan harga dan nilai.
Dalam redenominasi, biasanya melakukan penyederhanaan dengan menghilangkan dua
atau tiga digit angka terakhir, misalnya Rp 1.000,- menjadi Rp 1,-. Jika
disetujui, maka pemerintah (Bank Indoneisa) akan mengeluarkan uang baru dengan
angka yang lebih kecil, misalnya lembaran uang kertas baru Rp 1 yang nilainya
sama dengan uang kertas lama Rp 1.000. Jika dibelanjakan di warung, sama-sama
dapat membeli satu bungkus kerupuk. Kemudian, perlahan-lahan uang lama akan ditarik
peredarannya di masyarakat.
Satu hal yang unik
dari mata uang rupiah adalah saat ini mempunyai nilai pecahan terbesar ke dua
di dunia. Pecahan uang kertas Rp 100.000 merupakan pecahan uang terbesar ke dua
setelah uang kertas 500.000 Dong milik negara Vietnam. Di mata internasional,
mata uang rupiah digolongkan sebagai salah satu uang sampah dunia (garbage
money) karena nilai tukarnya terhadap dollar Amerika sangat lemah (dianggap
tidak bernilai). Satu dollar Amerika setara dengan 9.000an rupiah. Negara-negara
yang lain yang juga serupa dengan uang Indonesia adalah Vietnam ($1 setara
dengan 19.000an Dong); Iran ($1 sama dengan 10.000an Rial); Laos ($1 sama
dengan 8.000an Kip); Paraguay ($1 nilainya 4.500an Guarani). Besarnya
nilai-nilai pecahan uang rupiah pernah dibahas dalam serial kartun milik
Malaysia, Upin Ipin. Saat itu tokoh Susanti yang baru hijrah ke Malaysia
berbelanja dengan uang pecahan 10.000 rupiah. Kemudian tokoh Mail bingung
bagaimana mengembalikan uang kembaliannya karena mengira nilainya sangat
besar.
Dalam dunia akutansi
dan perbankan, penyederhanaan nilai rupiah (redenominasi) akan menjadikan
proses perhitungan dan akutansi lebih sederhana dan mudah karena tidak lagi
terlibat dengan angka-angka yang besar. Pakai kalkulator pun akan lebih santai.
Mahasiswa jurusan ekonomi akutansi juga tidak terlalu rumit dan mumet dalam
belajarnya.
Ketika pertama kali
isu ini dihembuskan, banyak kalangan yang tidak setuju dengan rencana kebijakan
redenominasi tersebut, terutama masyarakat kecil dan pedagang pasar tradisional
yang kenyataannya mereka merupakan pihak yang sering memakai uang rupiah
terkecil dalam proses transaksi. Misalnya harga suatu barang Rp 1.350 akan
menjadi Rp 1,35 tentu malah membuat mereka semakin bingung. Selain itu, mereka
mungkin masih trauma dan takut terhadap kejadian senering pada masa
pemerintahan Ir. Soekarno tahun 1959. Kala itu, pemerintah mengeluarkan
kebijakan pemotongan nilai uang terutama uang macan Rp 500 menjadi Rp 50 dan
uang gajah Rp 1000 menjadi Rp 100, sehingga hal tersebut membuat situasi
perekonomian masyarakat kacau balau, banyak orang yang kaya menjadi miskin
mendadak karena menyimpan uang pecahan tersebut, terutama yang telat mengetahui
kebijakan senering tersebut. Senering tentu berbeda dengan Redenominasi.
Untuk menyukseskan
kebijakan ini, pemerintah harus melakukan sosialisasi yang bagus terutama
kepada masyarakat kelas menengah kebawah, selain itu pemerintah hendaknya
mengeluarkan pecahan uang yang berbahan bagus dan bernilai prestisius agar
membuat masyarakat mencintai dan bangga dengan produk uang baru tersebut. Nah,
sesuai dengan judul artikel ini, maka dapat dijabarkan beberapa keuntungan dan
kerugian redenominasi, yaitu :
Keuntungan
·
Memudahkan
perhitungan (sederhana)
· Mengangkat
citra rupiah di mata internasional
· Untuk
mengatasi ketidak efesiensian pembangunan infrastruktur cara transaksi
non-tunai (ATM, online banking, dsb).
Kerugian
·
Tidak
memberikan dampak positif terhadap perekonomian secara langsung
·
Mungkin
akan sedikit memberikan kebingungan di beberapa masyarakat.
·
Masyarakat
harus beradaptasi dengan nilai pecahan uang baru tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar